ASAL
USUL KETAM PUTIH
Kononnya asal usul ketam putih itu, ada
seekor ketam yang berwarna putih yang menunggu di sebuah sungai, dan sungai itu
belum memiliki nama dan di tepi sungai itu terdapat sebuah rumah kecil tempat
penyembahan bagi orang cina atau orang-orang sana menyebutnya (tepekong), di
tempat itu lah ketam putih itu tinggal.
Kampung itu terletak di kecamatan
bengkalis, dan kampung itu sangatlah strategis karna banyak orang-orang dari
luar yang datang di laut kampung tersebut, karna di sana salah satu pelabuhan
yang dekat untuk orang-orang yang ingin pergi di kudap, selat panjang dan masih
banyak lagi.
Dahulunya kampung tersebut sangat di
kenal dengan kampung yang paling bersih, karna lautnya indah sekali aneka
binatang yang ada di laut sangatlah banyak, lingkungannya pun aman dan nyaman,
sehingga banyak orang-orang dari luar yang ingin tinggal di kampung itu, yang
dominannya orang islam dan cina, mereka hidup saling berdampingan antara satu
dengan yang lain dan saling menghargai kepercayaan. Biasanya orang-orangcina
ketika mau membuang segala penyakitnya di tebarkan di laut agar penyakitnya
bisa sembuh, tradisi orang cina dahulunya nya sangat kental dan orang islam pun
tetap melakukan semua perintah Allah dan meninggalkan segala larangannya. Mata
pencaharian masyarakat di sana banyak menjadi nelayan karna laut di kampung
tersebut banyak ikan dan binatang lainnya.
Dengan bertambahnya masyarakat dengan di
kampung tersebut akibatnya kampung itu menjadi kotor, banyak penduduk yang
menebang pohon-pohon agar bisa membuat rumah untuk tempat tinggal mereka,
banyak membangun kedai kopi, cafe dan ruko-ruko di tepi laut banyak masyarakat
membuang sampah di laut, kapal-kapal besar banyak berlabuh untuk bongkar dan
masuk penumpang atau barang. Akibatnya laut itu menjadi tercemar di sebabkan
sampah dan minyak-minyak kapal yang datang, sehingga air dari laut pindah ke
sungai di bawa arus pasang surutnya air laut. Dan masyarakt di sana juga
merobohkan tempat tinggal ketam putih itu karna menurut masyarakat di sana
tempat itu tidak baik lagi di gunakan maka dari itu di robohkan, setelah rumah
ketam putih itu di robohkan dan air sungai dan laut itu sudah tercemar di
sebabkan oleh masyarakat itu sendiri tidak mau menjaga lingkungan di sekitar,
akibatnya ketam putih itu pendah ke tempat lain dan mencari tempat yang lebih
nyaman untuk di tinggalkan, sekarang ketam putih itu pindah di sungai nipah
desa teluk lancar.
HORORNYA PANTAI KETAM PUTIH
Biasanya saat melancong
ke pantai, kita akan disuguhi pemandangan laut lepas, lengkap dengan deburan
ombak, embusan angin, pasir, dan jejeran pohon kelapa atau bakau. Namun di
Pantai Laut Ketam Putih, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, para turis bisa
menemukan hal lain, tulang manusia. Mungkin bagi sebagian orang baru bertandang
ke sana, pemandangan itu menakutkan. Namun warga setempat sudah terbiasa dengan
hal itu. Memang banyak yang kami temukan. Jadi temuan tulang ini sudah tidak
mengejutkan lagi," kata Kepala Dusun Satu Desa Ketam Putih, Kecamatan
Bengkalis, Zul Karnain, di Bengkalis, seperti dilansir dari Antara, Sabtu
(19/9). Selain tulang, kata Zul, warga juga kerap menemukan gigi dan rambut
manusia. Tulang-tulang itu lantas dikumpulkan dan dikuburkan di tempat
pemakaman umum sebelah darat.
Ternyata, ada cerita di
balik penemuan sisa-sisa bagian tubuh manusia itu. Lokasi itu, ujar Zul,
dulunya merupakan tempat pemakaman umum. Namun, akibat abrasi air laut, TPU itu
sekarang menjadi pantai. "Hampir 50 meter daratan yang dahulunya tempat
pemakaman terkena abrasi. Dahulunya di sini banyak rumah penduduk. Namun,
melihat abrasi yang makin melaju, warga di sini pindah ke darat," ujar
Zul. Memang di lokasi relatif banyak kuburan yang hilang di bekas TPU itu. Pada
saat air laut surut, terlihat banyak papan keranda yang masih terbenam di
pantai itu. Akan tetapi, tidak ditemukan tulang. Menurut Zul, lahan TPU yang
habis terkena abrasi tersebut dulunya merupakan tanah bekas musala. Setelah
dibuatkan musala di sebelah daratan, tanah itu dijadikan tempat pemakaman. Zul
menyampaikan, daratan dulunya TPU itu hampir 90 persen terbawa air laut akibat
abrasi yang melaju di daerah itu. Zul mengatakan, telah mengajukan permohonan
pembuatan turap kepada pemerintah daerah setempat. Namun, hingga kini
permohonannya tak kunjung terkabul.
Zul hanya berharap
pemerintah setempat cepat tanggap dengan kondisi abrasi di Pantai Desa Ketam
Putih. Masalahnya, relatif nelayan bermukim di daerah itu.