Kamis, 21 Januari 2016

Asal usul ketam putih



ASAL USUL KETAM PUTIH


Kononnya asal usul ketam putih itu, ada seekor ketam yang berwarna putih yang menunggu di sebuah sungai, dan sungai itu belum memiliki nama dan di tepi sungai itu terdapat sebuah rumah kecil tempat penyembahan bagi orang cina atau orang-orang sana menyebutnya (tepekong), di tempat itu lah ketam putih itu tinggal.
Kampung itu terletak di kecamatan bengkalis, dan kampung itu sangatlah strategis karna banyak orang-orang dari luar yang datang di laut kampung tersebut, karna di sana salah satu pelabuhan yang dekat untuk orang-orang yang ingin pergi di kudap, selat panjang dan masih banyak lagi.
Dahulunya kampung tersebut sangat di kenal dengan kampung yang paling bersih, karna lautnya indah sekali aneka binatang yang ada di laut sangatlah banyak, lingkungannya pun aman dan nyaman, sehingga banyak orang-orang dari luar yang ingin tinggal di kampung itu, yang dominannya orang islam dan cina, mereka hidup saling berdampingan antara satu dengan yang lain dan saling menghargai kepercayaan. Biasanya orang-orangcina ketika mau membuang segala penyakitnya di tebarkan di laut agar penyakitnya bisa sembuh, tradisi orang cina dahulunya nya sangat kental dan orang islam pun tetap melakukan semua perintah Allah dan meninggalkan segala larangannya. Mata pencaharian masyarakat di sana banyak menjadi nelayan karna laut di kampung tersebut banyak ikan dan binatang lainnya.
Dengan bertambahnya masyarakat dengan di kampung tersebut akibatnya kampung itu menjadi kotor, banyak penduduk yang menebang pohon-pohon agar bisa membuat rumah untuk tempat tinggal mereka, banyak membangun kedai kopi, cafe dan ruko-ruko di tepi laut banyak masyarakat membuang sampah di laut, kapal-kapal besar banyak berlabuh untuk bongkar dan masuk penumpang atau barang. Akibatnya laut itu menjadi tercemar di sebabkan sampah dan minyak-minyak kapal yang datang, sehingga air dari laut pindah ke sungai di bawa arus pasang surutnya air laut. Dan masyarakt di sana juga merobohkan tempat tinggal ketam putih itu karna menurut masyarakat di sana tempat itu tidak baik lagi di gunakan maka dari itu di robohkan, setelah rumah ketam putih itu di robohkan dan air sungai dan laut itu sudah tercemar di sebabkan oleh masyarakat itu sendiri tidak mau menjaga lingkungan di sekitar, akibatnya ketam putih itu pendah ke tempat lain dan mencari tempat yang lebih nyaman untuk di tinggalkan, sekarang ketam putih itu pindah di sungai nipah desa teluk lancar.

HORORNYA PANTAI  KETAM PUTIH
Biasanya saat melancong ke pantai, kita akan disuguhi pemandangan laut lepas, lengkap dengan deburan ombak, embusan angin, pasir, dan jejeran pohon kelapa atau bakau. Namun di Pantai Laut Ketam Putih, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, para turis bisa menemukan hal lain, tulang manusia. Mungkin bagi sebagian orang baru bertandang ke sana, pemandangan itu menakutkan. Namun warga setempat sudah terbiasa dengan hal itu. Memang banyak yang kami temukan. Jadi temuan tulang ini sudah tidak mengejutkan lagi," kata Kepala Dusun Satu Desa Ketam Putih, Kecamatan Bengkalis, Zul Karnain, di Bengkalis, seperti dilansir dari Antara, Sabtu (19/9). Selain tulang, kata Zul, warga juga kerap menemukan gigi dan rambut manusia. Tulang-tulang itu lantas dikumpulkan dan dikuburkan di tempat pemakaman umum sebelah darat.
Ternyata, ada cerita di balik penemuan sisa-sisa bagian tubuh manusia itu. Lokasi itu, ujar Zul, dulunya merupakan tempat pemakaman umum. Namun, akibat abrasi air laut, TPU itu sekarang menjadi pantai. "Hampir 50 meter daratan yang dahulunya tempat pemakaman terkena abrasi. Dahulunya di sini banyak rumah penduduk. Namun, melihat abrasi yang makin melaju, warga di sini pindah ke darat," ujar Zul. Memang di lokasi relatif banyak kuburan yang hilang di bekas TPU itu. Pada saat air laut surut, terlihat banyak papan keranda yang masih terbenam di pantai itu. Akan tetapi, tidak ditemukan tulang. Menurut Zul, lahan TPU yang habis terkena abrasi tersebut dulunya merupakan tanah bekas musala. Setelah dibuatkan musala di sebelah daratan, tanah itu dijadikan tempat pemakaman. Zul menyampaikan, daratan dulunya TPU itu hampir 90 persen terbawa air laut akibat abrasi yang melaju di daerah itu. Zul mengatakan, telah mengajukan permohonan pembuatan turap kepada pemerintah daerah setempat. Namun, hingga kini permohonannya tak kunjung terkabul.
Zul hanya berharap pemerintah setempat cepat tanggap dengan kondisi abrasi di Pantai Desa Ketam Putih. Masalahnya, relatif nelayan bermukim di daerah itu.